[JIN SEBUAH HAKIKAT, BUKAN KHURAFAT – Jika Jin Tercipta dari Api, Bagaimana Bisa Jin Kafir Disiksa Dengan Api?]
 
 Masalah ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan bayak orang. 
Namun, sekiranya mau berfikir secara jeli, niscaya mereka akan mengerti 
dan memahami hakikatnya. Semua orang telah tahu bahwa seorang manusia 
diciptakan dari tanah liat, tetapi sekarang ia bukan lagi tanah liay. 
Asal muasalnya saja dari tanah liat. Begitu juga dengan jin yang 
tercipta dari api, sekarang mereka bukan lagi api. Sebagaimana yang 
telah diterangkan dalam banyak dalil.
 
 Di antaranya adalah 
hadits riwayat Imam Nasa’i, dengan sanad shahih menurut syarat Imam 
Bukhari. Dari Ummul Mukminin Aisyah –radhiyallahu anha-, ia bercerita, 
“Ketika Rasulullah melaksanakan shalat, tiba-tiba setan menghampiri 
beliau. Maka beliau pun membantingnya lalu mencekiknya. Kemudian beliau 
bersabda, “Sampai-sampai saya bisa merasakan dingin lidahnya pada 
tanganku.”
 
 Berdasarkan hadits 
ini, jelaslah bahwa sekarang ini, bangsa jin tidak berbentuk api. Sebab 
jika demikian, tentu Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- tidak 
akan merasakan dinginnya lidah setan.
 
 Di antaranya juga adalah sabda beliau:
 
 إِنَّ عَدُوَّ اللَّهِ إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي
 
 “Sesungguhnya musuh Allah, Iblis, datang membawa pelita dari api dan 
hendak melemparkannya ke wajahku.” [H.R. Muslim (5/30 – Syarh Nawawi)]
 
 Hadits ini menjadi bukti bahwa jika Iblis tetap berada dalam wujud 
apinya, tentu dia tidak membutuhkan pelita atau seberkas api. Rasulullah
 juga bersabda:
 
 إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ
 
 “Sesungguhnya setan berpindah-pindah di dalam tubuh manusia melalui 
aliran darah.” [H.R. Bukhari (4/282 – Fathul Bari) dan Muslim (14/155 – 
Syarh Muslim)]
 
 Seandainya Iblis masih pada wujud apinya, tentu dia akan membakar manusia.
 
 Jika ada yang mengatakan bahwa maksud hadits ini adalah gangguan 
(godaan) setan, maka kami jawab, “Para ulama Ushul Fiqh bersepakat akan 
tidak bolehnya mengalihkan makna suatu kalimat dari maksud zahirnya, 
kecuali jika ada penghubungnya. Lalu, apakah di dalam hadits ini ada 
penghubung?”
 
 Selaras dengan itu, bahwa manusia juga diciptakan 
dari tanah liat, dan dia merasakan sakit tatkala dilempar dengannya. 
Manusia juga diciptakan dari air (sperma) dan ia terkadang merasa sakit 
jika disiksa dengan air.
 
 Hal yang lebih tepat dan lebih baik kita katakan adalah “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
 
 (Dari Kitab: Wiqaayah Al-Insaan min Al-Jinn wa Asy-Syaithaan, oleh 
Syaikh Wahid Abdussalam Bali, pakar ‘Dunia Lain’ dari Timur Tengah. 
Diterjemahkan oleh Sarwedi Hasibuan, cetakan Pustaka Aqwam, berjudul: 
‘RUQYAH ; Buku Rujukan Utama di Timur Tengah Seputar Jin’  Dapatkan di 
toko-toko buku Islami terdekat.)
Tags
ARTIKEL RUQYAH